KUMPULAN CERITA MOTIVASI 2014 BAGIAN 10
Bocah Nakal Di Kampung Ketapang
Bocah
itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia
mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya,
menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini
bagi orang kampung sungguh menyebalkan.
Yah,
bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana
kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak
coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap
dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es
tersebut. Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang
kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi
ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan
lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang
yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena
kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung
itu lebih terik dari biasanya. Luqman mendapat laporan dari orang-orang
kampung mengenai bocah itu.
Mereka
tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan
memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti
isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu
kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang,
bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang
menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.
Luqman
memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung,
belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara
misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan
hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi
daging yang sama juga!
Tidak
lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari
dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang
lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu
menegurnya. Cuma, ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik
hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar.
"Bismillah..."
ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan
mentalnya. Ia berpikir, kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia
akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu
"bocah beneran" pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana
sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi
mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak
tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah.
Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang
yang melihatnya.
"Ada
apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging
ini? Bukankah ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah
Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya.
Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. "Maaf ya, itu karena
kamu melakukannya dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus, "apalagi
kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut
menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu
itu.."
Sebenarnya
Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi
mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman
lebih tajam lagi.
"Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?!
Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa?
Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami?
Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?
Bukankah
kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang,
sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian
menjemput ajal..?!
Bukankah
juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk
menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan
maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian..!?"
Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela.
Tiba-tiba
suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan
terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.
"Ketahuilah
Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski
bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa
kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja. Dan
ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuanlah yang
menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu
kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri?
Bukankah
kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang
luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian
menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri? Tuan..,
sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada
bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan..,
kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas
bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah
saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil
seperti kami...!
Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidakabadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?
Tuan..,
sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan
tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?
Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan
hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat. Tahukah
Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?
Tuan..,
jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan, jangan
merasa perut akan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan 'tuk
setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan
bumi kelak..."
Wuahh...,
entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat
meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan
hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal
ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah
sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu
pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.
Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi.
Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian
jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang
bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Ditengah deru
nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi
semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran
didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah
Luqman!
Bocah
itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman
tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil
sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional, tidak
masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa
memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi
memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang
yang seharusnya kita ingat. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka
yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.
Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang
sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan
sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan
membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah
berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus
menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang
membungkuk menahan lapar.
Luqman
berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar
biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata
hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya
orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama
bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua
orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang. Kejadian
bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki
bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak
itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu
kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya.
Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani
menunjuk hidungnya ketika ia salah.
"Salam Sehat Indonesia"
Baca juga :
- Cara menyembuhkan batuk secara cepat dan alami
- Cara mengobati asma secara alami
- menyembuhkan penyakit gondok
- cara cepat mengobati panas dingin
- mengobati sariawan
- Obat untuk menyembuhkan cacar air
- obat untuk penderita diare
- mengobati tipes secara alami
- menyembuhkan penyakit kencing manis
- mengatasi penyakit bisul
- menghilangkan tai lalat di kulit
- menghilangkan noda hitam di kulit
- cara mudah hilangkan stress
- Cara menyembuhkan sakit gigi dengan cepat
- cara menghilangkan jerwat dengan mudah
- CARA MENGHILANGKAN CEGUKAN DENGAN CEPAT DAN MUDAH
No comments:
Post a Comment